Laman

Rabu, 22 Februari 2012

Api di LP Kerobokan Berhasil Dipadamkan


Ilustrasi
DENPASAR, Jurnal Rakyat: Api yang membakar gedung Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas IIA Kerobokan, Badung, Bali, akibat ulah para Napi yang mengamuk, sudah berhasil dipadamkan. Namun, situasi di dalam LP belum kondusif karena para narapidana masih melempari aparat dengan batu.

Petugas mengerahkan 5 unit mobil pemadam kebakaran untuk menjinakkan api. Meski sudah padam, hingga kini pun petugas pemadam kebakaran masih berjaga-jaga jika api kembali menyala.

sekitar pukul 02.30 WITA, Rabu (22/2/2012), api yang sempat membakar pintu depan dan bagian kantor petugas LP telah padam. Gedung aula dan perkantoran LP tersebut, kini habis dimakan api. Beruntung ruang penyimpanan senjata tidak dimakan oleh api.

Sebelumnya, petugas pemadam kebakaran sempat kesulitan untuk memadamkan api. Pasalnya, petugas belum berani mendekat ke lokasi api di dalam LP karena napi masih mengamuk dan melempari batu.

Usai api padam, puluhan aparat Kepolisian pun mencoba masuk ke dalam untuk menenangkan para narapidana. Tampak pula Kapolda Bali Irjen Polisi Totoy Herawan Indra yang mencoba menenangkan para napi.

Namun sayangnya, upaya petugas tersebut malah dibalas lemparan batu oleh narapidana.

Seorang petugas mengatakan tidak ada yang terluka ataupun meninggal. Semua napi masih berada di bloknya masing-masing. Dan pihak kepolisian belum bisa memberikan pernyataan terkait peristiwa tersebut dikarenakan masih sibuk mengamankan lokasi.

Sementara itu, telah hadir di lokasi yakni Gubernur Bali Made Mangku Pastika dengan didampingi oleh Bupati Badung Anak Agung Gde Agung. Pastika datang ke lokasi untuk meninjau langsung dan mengaku prihatin dengan insiden ini. (Detik/Okezone)

Pusing Skripsi, Mahasiswa Pesta Sabu


Ilustrasi
PALEMBANG, Jurnal Rakyat: Pusing mengerjakan skripsi, dua mahasiswa perguruan tinggi swasta di Palembang KLM alias Anton (22) dan AGG alias Agung (23), nekad menggunakan sabu dan ganja.

Namun lagi asyik pesta sabu, kedunya digerebek petugas dari Unit IV Subdit II pimpinan AKP Paulina di salah satu rumah di kawasan Jl Tanjung Barangan Kelurahan Demang Lebar Daun IB I Palembang, Selasa (21/2/2012) pukul 11.00.

Petugas mengamankan barang bukti berupa satu paket sabu, satu paket ganja, sembilan linting ganja siap hisap, satu kertas paper untuk melinting ganja, satu alat hisap dan tiga korek api gas.

Berdasarkan pengakuan kedua mahasiswa semester akhir ini, mereka menggunakan narkoba lantaran pusing mengerjakan skripsi yang tidak kunjung selesai. Sebelum mengerjakan skripsi, keduanya terlebih dahulu mengadakan pesta sabu di dalam rumah.

"Baru dua bulan pakai, biasanya ambil barang itu di kawasan Pahlawan. Untuk sabu Rp200 ribu dan ganja Rp 50 ribu, biasanya sebelum beli kami patungan Rp 100 ribu perorang," ujar Anton yang terus menutupi mukanya dengan baju tahanan narkoba Polda Sumsel.

Sedangkan menurut Agung, ia menggunakan sabu hanya untuk coba-coba.

"Karena pusing kerjakan skripsi jadi pakai narkoba. Tidak ada efeknya hanya senang saja, kalau habis datang saja ke Pahlawan pasti orangnya datangi kita," ungkap Agung.

Keduanya berhasil ditangkap setelah petugas mendapatkan informasi dari warga bahwa akhir-akhir ini ada orang yang sering melakukan pesta narkoba. Mendapat informasi tersebut, petugas langsung melakukan penyelidikan dan melakukan penggerebekan di rumah kosan kedua tersangka. (Sripoku)

LP Kerobokan Rusuh, Narapidana Lakukan Pembakaran


Ilustrasi
DENPASAR, Jurnal Rakyat: Sejumlah narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas IIA Kerobokan, Badung, Bali mengamuk malam ini. Mereka membakar lapas dan merusak sejumlah ruang kantor yang berada di dalam kawasan Lapas.

Pantauan, Rabu (22/2/2012), sekitar pukul 01.15 WITA, kondisi pintu depan LP telah terbakar api. Api menjalar hingga ke bagian kantor petugas LP yang ada di bagian depan. Seluruh napi mengamuk dan menjebol hampir semua pintu blok.

Api ini diduga dipicu oleh keributan antar narapidana. Insiden mulai terjadi sekitar pukul 22.30 WITA. Para petugas pemadam kebakaran tampak berusaha memadamkan api. Sebanyak 3 unit mobil pemadam diturunkan.

Namun pemadaman petugas ini mendapat gangguan dari para narapidana yang ada di dalam LP. Sekitar ribuan narapidana yang berhasil keluar dari sel masing-masing, malah melempari petugas dan aparat dengan batu.

Ratusan aparat gabungan dari TNI dan Polri telah berada di lokasi untuk berjaga-jaga. Langkah ini juga menjadi antisipasi jika para narapidana yang berada di dalam berusaha menjebol pintu keluar.

Namun sebagian aparat mencoba masuk untuk mengamankan para narapidana.

Ratusan polisi anti huru-hara juga bersiaga di luar LP yang menampung sekitar 3.000 narapidana ini. Sedangkan Jl Raya Kerobokan yang tepat berada di depan LP ditutup hingga radius 10 meter.

Warga sekitar tampak berkerumun menyaksikan insiden ini. Saat ini proses pemadaman masih berlangsung.

Diduga pembakaran ini, merupakan buntut keributan antar napi di LP Kerobokan, Kuta Utara, Badung, pada Minggu 19 Februari 2012. (Okezone/Detik)

Prof. Sofjan: RI Rusak karena Politisi Muka Badak


Prof. Dr. Sofjan Siregar, MA
DEN HAAG, Jurnal Rakyat:  Elite politik korupsi, kriminal, asusila, tidak kapabel tapi tetap dengan segala cara ngotot mempertahankan kedudukannya adalah ciri para muka badak, tidak beradab. RI rusak karena mereka ini.

Hal itu disampaikan Prof. Dr. Sofjan Siregar, MA kepada detikcom di Den Haag, mencermati perkembangan Indonesia yang semakin jauh dari semangat reformasi, Selasa (21/2/2012).

Menurut Prof. Sofjan, hakekat reformasi 14 tahun silam di Idonesia adalah memberantas KKN, mengembangkan budaya mundur, dan mengikis apa yang disebutnya para muka badak, yang sangat kontaraproduktif dengan jiwa dan semangat demokrasi dan reformasi.

"Namun sangat disayangkan semakin lama semakin menjamur politisi bermuka badak. Ketua DPR RI Marzuki Ali sampai berbohong berkali-kali untuk membangun gedung baru DPR. Gagasan ini gagal, dilawan rakyat. Namun dia tidak merasa gagal, bahkan berpretensi sukses," ujar Prof. Sofjan.

Padahal, lanjut Prof. Sofjan, budaya malu, tahu diri, lalu mengundurkan diri merupakan karakteristik beradab, demokratis dan gentleman, sebagaimana ditunjukkan oleh para politisi di negara-negara maju.

"Jika gagasan atau kebijakannya gagal, mereka langsung mundur, tanpa harus dimundurkan oleh rakyat," imbuh Prof. Sofjan.

Dicontohkan, pada Senin (20/2/2012) kemarin, Ketua Umum Partai Buruh (PvdA) Belanda Job Cohen mengundurkan diri sebagai ketua partai, ketua fraksi, dan juga mundur sebagai anggota parlemen Belanda. Alasan Cohen, karena dia merasa gagal tidak bisa membangun partai sesuai dengan janjinya.

Presiden Jerman Christian Wulff, yang sejak menjadi presiden dua tahun silam tidak punya rumah dinas dan rumah pribadi, juga mengundurkan diri karena dikritik meminjam uang resmi dan sah dari bank Jerman sebanyak EUR 500.000 euro dengan bunga rendah.

Namun bunga rendah itu dianggap sebagai bentuk penyalahgunaan jabatan. Wulff malu, lalu mengundurkan diri dari kursi empuk presiden pada Jumat (18/2/2012).

Sikap serupa ditunjukkan oleh Direktur Bank Sentral Swiss yang mengundurkan diri karena isterinya menukarkan uang beberapa puluh ribu USD, dua hari sebelum diumumkan resmi perubahan kurs mata uang Franc Swiss/CHF ke USD. Tidak ada demonstrasi, hanya kritik di media saja tentang isterinya, sang suami langsung mengundurkan diri, tanpa ada yang minta mundur.

Jauh sebelumnya di 2003 Wakil Perdana Menteri Belanda dan Ketua Partai D66 Thom de Graff juga menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya sehari setelah gagasannya untuk pemilihan walikota langsung oleh rakyat kandas di parlemen.

"Bandingkan dengan di Indonesia. Tokoh PKS Fachri Hamzah menggagas bubarkan KPK, tapi dia tidak merasa gagal, karena memang dia juga bagian dari mahluk gerombolan DPR, bukan yang sportif dan gentleman seperti di Eropa," papar Prof. Sofjan.

Lanjut Sofjan, BURT DPR akan dibubarkan usul ketua fraksi PKS tahun silam, namun kenyataannya BURT semakin kokoh dan ganas menggerogoti uang rakyat. "Si penggagas ide tidak merasa gagal, bahkan dia merasa sukses, sehingga susah buat rakyat membedakan politisi beradab atau bermuka badak," kecam Sofjan.

Kasus korupsi yang menimpa elite Partai Demokrat, juga menunjukkan sikap rendah dan tidak beradab. Bagaimana Angelina Sondakh yang sudah ditetapkan sebagai tersangka mau ditempatkan di Komisi III DPR RI yang membidangi hukum dan Ketua Anas Urbaningrum yang sudah begitu detil disebut keterlibatannya bisa tanpa malu mempertahankan kedudukannya dengan wajah santun?

"Kenapa fenomena sangat rendah, tidak beradab dan tak punya malu itu malah mendominasi di Indonesia? Padahal sangat berbahaya kalau rakyat sampai apatis dan tidak mempercayai para pemimpinnya," pungkas Sofjan. (Detik)