Laman

Kamis, 26 April 2012

Hari ini PSMS Bertolak ke Palembang


PALEMBANG, Jurnal Rakyat:  Kamis (26/4/2012) sekitar pukul 14.00, PSMS Medan bertolak ke Palembang. Mereka menginap di Hotel Anugerah untuk mempersiapkan diri menghadapi tuan rumah Sriwijaya FC dalam lanjutan Indonesian Super League (ISL), di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Sabtu (28/4/2012) nanti.

"Diperkirakan mereka bertolak dari Medan Kamis pukul 9 pagi dan merapat ke Palembang sekitar pukul 14.00. Itu berdasarkan konfirmasi dari manajemen PSMS," jelas Liaison Oficer (LO) pertandingan, Taufik HD, Rabu (25/4/2012).

Menurut Taufik, PSMS akan membawa 18 pemain andalannya untuk menghadapi tuan rumah Laskar Wong Kito."PSMS membawa 18 pemain dan dijadwalkan akan latihan sekaligus menjajal lapangan pada Jumat pagi," jelas Taufik.

Sementara itu, seperti dilansir dari waspada online, tiga pemain PSMS Medan, yakni Ramadhan Saputra, Zainal Anwar, dan Anton Samba, dipersiapkan khusus untuk mematikan pergerakan dua ujung tombak Sriwijaya FC, Hilton Moreira dan Keith Kayamba Gumbs.

Sebab, pada 28 April mendatang, skuad Ayam Kinantan akan menghadapi Laskar Wong Kito dalam lanjutan Indonesian Super League (ISL) di Palembang. Di samping ketiga pemain tersebut, Sasa Zecevic dan Novi Handriawan bersama Wawan Widiantoro/Denny Rumba, Ledi Utomo/Rahmad turut dipersiapkan guna meredam permainan tuan rumah.

Caretaker Pelatih PSMS, Suharto AD, mengatakan penerapan strategi itu dalam upaya menggagalkan ambisi klub pemuncak klasemen sementara itu meraup nilai penuh di hadapan pendukungnya sendiri.

“Setelah menang 1-0 atas Persidafon Dafonsoro di Stadion Teladan, Senin (23/4) lalu, seluruh pemain kita istirahatkan. Anton Samba cs hanya diberi waktu untuk berenang saja,” ujar Suharto, Selasa.

Suharto sendiri mengaku Sriwijaya FC merupakan lawan tangguh, terlebih mereka tampil di kandang sendiri. Untuk itu, pihaknya tidak memasang target muluk-muluk dan cukup mencuri satu poin dari Ponaryo Astaman cs.

Pada putaran pertama di Stadion Teladan, PSMS hanya mampu bermain imbang 1-1. Saat itu, Sriwijaya tidak diperkuat Hilton Moreira. Namun, catatan khusus patut diberikan kepada Anton Samba yang sukses mematikan pergerakan Firman Utina sebagai playmaker, sehingga SFC kesulitan membobol gawang PSMS yang kala itu dikawal Markus Horison.

Rombongan 18 pemain PSMS akan bertolak ke Palembang pada Kamis (26/4) besok. Ke-18 pemain tersebut adalah Edi Kurnia, Alrian (kiper), Sasa Zecevic, Novi Handriawan, Wawan Widiantoro, Ledi Utomo, Ramadhan Saputra, Anton Samba, Wiganda Pradika, Zainal Anwar, Zulkarnaen, Alamsyah Nasution, Nastja Ceh, Shin Hyun Joon, Osas Saha, Ari Priatna, Yoseph Nico Malau, dan M Antoni.

Kas: Jangan Anggap Remeh Lawan, Tetap Lakukan Pressing

Pelatih Sriwijaya FC Kas Hartadi mengatakan, PSMS Medan adalah tim yang solid. Dengan kualitas merata di semua lini, tim berjuluk Ayam Kinantan ini, bisa memberikan kejutan terhadap tim-tim lawan termasuk Sriwijaya FC.

Makanya menurut pelatih Kas Hartadi, Laskar Wong Kito harus menunjukkan cirinya khasnya dengan bermain penuh deteminasi. "Kita harus berani melakukan pressing, pressing dan pressing," jelas Kas Hartadi, Rabu (25/4/2012).

Pemain diingatkan untuk tidak menganggap remeh tim asuhan Suharto. Ponaryo Astaman dkk diminta bermain secara normal seperti biasa.

"Kita harus bermain normal seperti biasa dan jangan mudah terpancing emosi, karena menganggap remeh lawan adalah bagian dari kelemahan kita sendiri, hal itu harus dibuang jauh-jauh. Kita akan bermain all out seperti biasa dan melakukan pressing," jelas Kas. (Sripoku)

Partai Tommy Diprediksi Tidak Akan Lebih Besar dari Partai Tutut


Tommy Soeharto
JAKARTA, Jurnal Rakyat: Tommy Soeharto mendaftarkan partainya, Nasional Republik, ke Kemenkum HAM untuk turut dalam Pemilu 2014. Bagaimana peluang partai ini ke depannya? Diprediksi, Nasrep tidak akan lebih besar dari Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB).

PKPB adalah partai besutan Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut yang merupakan kakak Tommy. Partai ini dibentuk pada 2002. PKPB semula akan mengusung Mbak Tutut untuk maju sebagai capres pada Pilpres 2004. Karena perolehan suara nasional PKPB hanya 2,11%, niatan itu tidak terlaksana.

"Mbak Tutut secara magnet elektoral lebih baik dari Tommy. Secara latar belakang, figurnya Mbak Tutut lebih diterima dilihat dari masa lalunya, tapi ternyata Mbak Tutut juga gagal bersama R Hartono," terang peneliti senior The Indonesian Institute, Hanta Yuda, dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (26/4/2011).

Menurutnya, Mbak Tutut dan Tommy membuat partai dengan segmentasi orang-orang yang rindu masa lalu zaman Orde Baru dan para pengagum ayah mereka, mendiang mantan Presiden Soeharto. Sebenarnya dengan segmentasi ini, partai yang dibentuk Tommy memiliki peluang, namun tidak besar.

"Utamanya di Jawa Tengah, tapi peluangnya tidak besar," imbuh Hanta.

Alumnus UGM dan UI ini menambahkan, jika ingin menjadi partai baru maka perlu memiliki insfrastruktur dan figur yang kuat. Dalam konteks masyarakat Indonesia, partai politik memang perlu memiliki figur kuat. Misalnya saja Partai Demokrat dengan SBY-nya.

"Kalau Tommy punya infrastruktur, jaringan, sumber daya, kelembagaan dan figur serta strategi pemenangan yang baik tentu ada peluang. Tapi kalau melihat sekarang, potensinya tidak terlalu besar dan bahkan tidak lebih besar dari PKPB dan juga tidak akan sebesar Partai Nasdem," analisa Hanta.

Dia berpendapat, Partai Nasdem berpotensi menjadi partai yang lebih besar dari Nasrep karena memiliki beberapa nilai positif yang bisa dikelola. Misalnya saja Partai Nasdem memiliki figur dan infrastruktur yang cukup. (Detik)

Kandidat Incumbent Paling Rentan Praktik Politik Uang di Pilkada


JAKARTA, Jurnal Rakyat:  Penyelenggaraan Pemilu Kada di berbagai daerah seringkali dikotori oleh praktik politik uang. Praktik ini dinilai menjadi awal dari suburnya praktik korupsi di daerah. Apalagi pada umumnya, dugaan praktik politik uang di Pemilu Kada dilakukan oleh kandidat incumbent.

"Kehadiran pesta demokrasi lima tahunan di daerah ini ternyata juga beriringan dengan kian suburnya praktek korupsi, terutama korupsi politik. Hal ini utamanya dilakukan oleh incumbent," ujar pengamat politik dari Habibie Center, Bawono Kumoro, Kamis (26/4/2012).

Bawono mengatakan memang Pemilu Kada seringkali memunculkan ironi. Ironi yang sangat jelas adalah suburnya praktik korupsi tersebut. Banyak kepala daerah baik ketika maupun setelah menjabat yang akhirnya terjerat pidana korupsi.

Dia menjelaskan korupsi politik adalah salah satu modus yang berawal dari adanya permintaan dana setoran dari partai politik kepada calon-calon kepala daerah. Parpol kerap kali meminta sejumlah dana kepada para kandidat sebagai syarat agar dapat diusung oleh parpol tersebut sebaga calon kepala daerah.

"Para calon kepala daerah ini pun melakukan berbagai cara untuk mengumpulkan finansial tersebut. Mulai dari cara-cara halal hingga cara-cara haram. Cara-cara haram itu seperti melakukan korupsi anggaran. Hal ini utamanya dilakukan oleh incumbent," kata Bawono.

Cara lain kata dia, adalah dengan mengumpulkan dana dari para pengusaha dengan menjanjikan konsesi-konsesi tertentu jika kelak terpilih.

"Janji-janji konsensi itulah yang membuat mereka terdorong untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan anggaran tatkala terpilih sebagai kepala daerah. Mereka melakukan hal itu sebagai bentuk imbal jasa tadi. Sehingga wajar jika sebagian besar tersangka korupsi adalah kepala-kepala atau pejabat-pejabat daerah," tuturnya. (Detik)