Laman

Jumat, 24 Februari 2012

Pembangunan Terminal Bandara Silampari Amburadul


Pondasi Terminal Bandara Yang Dikerjakan Asal-asalan
MUSI RAWAS, Jurnal Rakyat: Proyek pembangunan Terminal Bandar Udara (Bandara) Silampari Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, tidak sesuai dengan yang diharapkan dan terkesan dikerjakan asal-asalan dan amburadul oleh pihak rekanan.

Rombongan Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Selatan (Sumsel) saat meninjau proyek tersebut, Kamis (23/2/2012), geleng-geleng kepala berbagai komentar pun tercetus ketika melihat hasil sementara proyek itu.

"Ini pembunuhan berencana namanya. Bagaimana tidak, bangunan ini nantinya akan digunakan oleh banyak orang. Sementara kualitas bangunannya seperti ini. Kalau sudah selesai dan digunakan, dengan kualitas seperti ini bisa saja roboh, dampaknya mengancam keselamatan banyak orang," cetus Darmadi Djufri, anggota Komisi IV DPRD Sumsel.

Sementara, Ketua Komisi IV DPRD Sumsel, H A Rozak Amin, mengungkapkan proyek tersebut menelan dana sebesar Rp1,5 Milyar yang dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumatera Selatan tahun 2011 itu harus dibongkar kembali.

"Pembangunan terminal ini sangat tidak sesuai dengan yang kita harapkan dan harus dibongkar kembali," kata Rozak.

Menurut Rozak, apabila bangunan tersebut tidak dibongkar dan dibangun ulang, kedepannya akan berakibat fatal bagi masyarakat pengguna bandara. "Kita minta kepada Dinas Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya (CK) Provinsi Sumsel, ditahun 2012 ini dilakukan tender ulang dan tidak menggunakan lagi rekanan sebelumnya,"katanya.

Ditahun 2012 ini, tambah Rozak untuk melanjutkan pembangunan terminal dan runway Bandara Silampari APBD Provinsi Sumsel sudah menganggarkan dana sebesar Rp7 Milyar, dengan alokasi sebesar Rp3,5 Milyar untuk perpanjangan runway dan Rp3,5 Milyar untuk pembangunan terminal.

Sementara itu, Petugas Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Dinas PU CK Sumatera Selatan, Supriyanto membenarkan pembangunan terminal Bandara Silampari terkesan asal-asalan. "Sejak 20 Desember 2012 lalu, kita sudah memutuskan kontrak dengan pihak rekanan,"katanya.

Untuk biayanya, kata dia, pihaknya hanya membayar sebesar 35 persen dari anggaran sebesar Rp1,5 Milyar. "Dibayar sebesar 35 persen itu sesuai dengan tahapan yang telah dikerjakan pihak rekanan," terangnya.

Pantauan di lapangan, bangunan terminal itu dikerjakan tanpa pondasi. Cor beton balok bagian bawah hanya dikerjakan menempel diatas tanah, tanpa diberi landasan bebatuan pada bagian bawahnya. Kondisinya pun sangat memprihatinkan, berkelok-kelok seperti ular.

Tak hanya itu, sebagian besi hanya ditempelkan saja kedalam cor, sehingga kondisinya goyang dan jenis cor pun tidak seragam yakni, dalam satu tapak cor menggunakan besi ulir dicampur besi biasa. (Biroe)

Tidak ada komentar: